Mengapa Anak Tidak Pernah Diajari Cara Bertanya yang Benar

Dalam proses pendidikan formal, anak-anak diajarkan membaca, menulis, menghitung, bahkan menganalisis teks atau memecahkan soal matematika. https://www.argenerasiunggul.com/ Namun, ada satu keterampilan penting yang hampir tidak pernah secara eksplisit diajarkan di sekolah: cara bertanya yang benar. Padahal, kemampuan bertanya merupakan dasar dari berpikir kritis, rasa ingin tahu, dan komunikasi yang sehat.

Bertanya: Kemampuan Dasar yang Sering Diabaikan

Bertanya bukan hanya soal mengucapkan kalimat dengan tanda tanya. Ini adalah proses mental yang mencerminkan kemampuan berpikir, memahami, dan mengeksplorasi informasi. Ketika seorang anak mampu bertanya dengan baik, itu menunjukkan bahwa ia sedang aktif berpikir, bukan sekadar menerima informasi secara pasif.

Namun, dalam praktik pendidikan sehari-hari, siswa justru lebih banyak dilatih untuk menjawab pertanyaan, bukan membuatnya. Kurikulum pun jarang menyediakan ruang bagi anak untuk mengembangkan keahlian dalam menyusun pertanyaan yang bermakna, tajam, atau terbuka.

Budaya Belajar yang Terlalu Fokus pada Jawaban

Di banyak ruang kelas, sistem belajar masih didominasi oleh pendekatan satu arah: guru bertanya, murid menjawab. Lingkungan seperti ini menempatkan pertanyaan sebagai milik guru, dan jawaban sebagai kewajiban murid. Akibatnya:

  • Anak menjadi pasif dan kurang percaya diri untuk bertanya

  • Pertanyaan dianggap sebagai tanda ketidaktahuan, bukan proses pencarian

  • Anak lebih sibuk menghafal jawaban daripada memahami konsep

Sikap ini seringkali terbawa hingga dewasa, di mana banyak orang merasa ragu untuk bertanya karena takut dianggap bodoh, tidak tahu, atau merepotkan.

Ketika Rasa Ingin Tahu Tidak Diberi Ruang

Anak-anak secara alami punya rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka sering melontarkan pertanyaan sederhana tapi dalam: “Kenapa langit biru?”, “Kenapa manusia menangis?”, “Apa itu waktu?” Namun, tidak semua lingkungan – baik di rumah maupun sekolah – mampu merespons pertanyaan-pertanyaan ini dengan sabar atau terbuka.

Ketika pertanyaan dianggap mengganggu pelajaran, merepotkan, atau terlalu remeh, anak bisa belajar bahwa bertanya bukanlah sesuatu yang dihargai. Padahal, membiarkan anak bertanya dan membimbing mereka menyusun pertanyaan yang lebih baik adalah bagian penting dalam mendidik pikiran yang kritis dan terbuka.

Apa yang Terjadi Jika Anak Tidak Diajari Bertanya?

Tanpa keterampilan bertanya yang baik, anak-anak cenderung tumbuh sebagai penerima informasi yang pasif. Dalam jangka panjang, dampaknya bisa mencakup:

  • Sulit menggali informasi atau memahami konteks secara mendalam

  • Kesulitan berdiskusi, berdebat, atau mengevaluasi pendapat

  • Minim inovasi karena tidak terbiasa menantang asumsi atau menggali alternatif

  • Kurang inisiatif dalam belajar mandiri atau menyelesaikan masalah kompleks

Bertanya adalah fondasi dari pembelajaran aktif dan kemandirian intelektual. Tanpa keterampilan ini, banyak potensi anak yang tidak berkembang secara optimal.

Mengapa Mengajarkan Cara Bertanya Itu Penting?

Mengajarkan anak untuk bertanya dengan baik berarti membantu mereka:

  • Memahami apa yang mereka ketahui dan apa yang belum mereka ketahui

  • Menyusun pemikiran secara runtut dan logis

  • Melatih keberanian untuk berbicara dan mengemukakan pendapat

  • Membangun dialog yang sehat dengan guru, teman, dan lingkungan sosialnya

Cara bertanya yang benar juga berarti tahu kapan harus bertanya, kepada siapa, dan bagaimana merangkai pertanyaan yang tidak menyerang atau menyudutkan. Ini adalah bentuk kecerdasan sosial dan emosional yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Bertanya adalah keterampilan yang sangat mendasar, namun seringkali terabaikan dalam pendidikan formal. Anak-anak tumbuh dalam sistem yang lebih menghargai jawaban benar daripada pertanyaan yang bermakna. Padahal, kemampuan bertanya yang baik bukan hanya memperkaya proses belajar, tetapi juga membentuk kepribadian yang kritis, terbuka, dan berani berpikir sendiri. Mengajarkan cara bertanya kepada anak seharusnya menjadi bagian penting dalam pembentukan kecerdasan utuh—tidak hanya untuk menjawab hidup, tapi juga untuk memahami dan menantangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *